Beberapa waktu yang lalu, saya, bersama teman-teman dari tempat saya bekerja, diberi
kesempatan untuk dolan-nglencer-pelesir ke Bali dan Lombok. Lumayan memuaskan juga melelahkan. Kami berangkat hari Senin, 28 Juli, dan kembali ke Malang hari Jumat pagi tanggal 1 Agustus.
Acara ini kami lakukan dengan tujuan untuk mempererat hubungan kami, yang meskipun berada di bawah satu yayasan, tetapi terbagi menjadi lima unit kerja. Jadi meskipun setiap hari kami berada di satu tempat dalam radius 400 meteran tapi tetap saja kami tidak bisa benar-benar 'bertemu.'
Terima kasih. Hehe ....
Awalnya kami sangat bersemangat dengan rencana besar itu. Bali dan Lombok dalam satu minggu, ..., wah, asyik nich. Meski beberapa dari kami sebenarnya agak enggan dengan dengan Bali. Hampir 80%an dari kami pernah berurusan dengan Bali. Sepertinya Lombok memberikan harapan tersendiri. Apakah dia memang se-eksotis itu?
Kami langsung menuju Lombok dan melewati Bali dalam kegelapan mata kami masing-masing -tidur!!! Ketapang Gilimanuk bisa kami tempuh dalam 45 menit. Tetapi Padang Bai ke Lembar butuh 4 jam.
Angin yang lumayan keras membuat sebagian besar dari kami memilih menghabiskan waktu dengan mencoba tidur lagi di dalam fery yang sumuk puol! Saya memilih untuk tidur di dek, meski angin dan dingin sangat mengganggu. Terima kasih Ibu Nike - kopinya.
Kesan pertama yang hinggap di otak saya tentang Lombok adalah kotor. Kalo dibandingkan dengan kota-kota lain di luar Jawa, kota-kota di Lombok terlihat kumuh. Pada 1999 saya pergi ke Samarinda dan Balikpapan yang kalo di bandingkan dengan Mataram yang sekarang mungkin sepadan besarnya. Dan, ya itu tadi, kotor. Saya jadi heran, kota sebegini kecil, yang kalau di Jawa cuman kota kabupaten, kog kotor sekali. Sungai-sungai kecil di tengah kota pada banjir sampah dengan air yang mungkin hanya datang dari rumah-rumah penduduk. Keadaan di pedesaannya lebih baik dan relatif bersih.
Menurut guide yang memandu kami, penduduk Lombok memang agak sulit kalau urusan rumah dan penataannya, tetapi sangat antusias untuk urusan membangun masjid. Jadi jangan heran kalau anda melihat rumah-rumah penduduk yang kumuh mengelilingi bangunan masjid yang megah dan besar.
Setelah dua hari penuh kami mengunjungi tempat-tempat wisata di Lombok, pada Rabu petang kami bertolak ke Bali. Meleset dari perkiraan kami semula. Ini memakan waktu hampir 6 jam perjalanan. Kami langsung mengantri kunci kamar hotel. Seharian tidak mandi membuat kami jadi tidak mood untuk bicara. Jadi agak lucu, karena setiap pertanyaan hanya dijawab dengan angguka atau gelengan kepala.
Kamis pagi kami mulai menyusuri Bali. Saya tulis menyusuri karena memang waktu yang terpakai di jalan lebih panjang dibanding waktu yang kami habiskan di tempat-tempat tujuan kami itu. hehe....
Satu hal yang pada kunjungan saya sebelumnya tidak sempat saya amati adalah petak-petak
sawahnya. Jika saya bandingkan dengan petak-petak sawah di Jawa, petak-petak sawah di Bali cenderung mempunyai ukuran yang lebih kecil. Petani sawah di Jawa cenderung membuat petak sawah yang luas untuk menghemat lahan dengan memperkecil jumlah dan luas pematang. Sementara di Bali ini saya lihat banyak sekali petak yang hanya berukuran 1 kali setengah meter. Dan rata-rata subur. Saya tidak tahu latar belakangnya.
Hari ini saya bertanya pada 6 orang teman peserta tour itu. Pertanyaan saya adalah lebih memilih mana kalau di ajak dolan lagi, ke Bali atau Lombok? 3 orang memilih Bali, dengan alasan yang kalau saya simpulkan kurang lebih sama, yaitu:
1. Bali lebih bersih.
Tuh kan!!! ya maaf kalau saya bilang Lombok kotor.
2. Bali punya lebih banyak pilihan tempat wisata.
Sebenarnya saya kurang setuju dengan pendapat ini, Lombok juga punya banyak pilihan, cuman kotor, hehe.
3. Tidak terlalu banyak terganggu dengan pedagang asongan.
Ini saya setuju sekali. Pedagang asongan di Lombok tidak mengenakkan sekali kalau jualan. Cara-cara memelas seperti orang mengemis masih di pakai. Haduh....!
Tiga orang teman yang lain lebih memilih Lombok, alasan mereka begini:
1. Lombok lebih alami.
Menurut saya lebih alami berarti lebih ndeso, lebih asli, lebih tidak tertata, lebih kotor.
2. Lebih banyak yang bisa dikembangkan.
Lombok menyimpan banyak potensi sebenarnya. Keasli-ndeso-semrawut-kotor-annya memang bisa jadi sesuatu yang tidak nyaman di lihat, tapi juga sejujurnya saya lebih suka tempat yang seperti itu, minus asongannya loh!
Saya tidak tahu apakah teman-teman yang -katanya- lebih memilih Lombok itu didasari oleh preferensi mereka yang sebenarnya atau karena semangat membela yang marginal lemah terpinggirkan itu. Besok saya akan tanya lagi.
Bagaimana? Ada yang punya pendapat lain? Pilih mana? Bali atau Lombok?