;



UNTUK CLOSE : KLIK LINK IKLAN DI BAWAH 1 KALI AGAR MELIHAT FULL ARTIKEL ^^


Jumat, 09 Maret 2012

Sejarah Tentang Penembak Misterius (PETRUS)

Jumat, 09 Maret 2012


Sejarah Tentang Penembak Misterius (PETRUS)



[imagetag]Ilustrasi Korban Petrus (Majalah Angkasa) Operasi Pemberantasan Kejahatan(OPK) tidak hanya menyasar penjahat di Yogyakarta dan Semarang saja, namun juga berlangsung di Ibukota, Jakarta dan kota besar lainnya. Korban OPK di Jakarta dan kota besar lainnya tidak kalah banyaknya kerena banyak mayat korban pembunuhan ditemukan di perbagai tempat di ibukota dan kota lainnya.

Sama dengan kondisi mayat di Yogyakarta dan Semarang, mayat-mayat yang ditemukan di Jakarta juga dalam keadaan tewas dengan luka tembak di kepala, leher dan dada. Selain itu mayat-mayat tersebut juga dihiasi tato di tubuhnya dan ciri khas lainnya, mayat yang diketemukan di Jakarta kebanyakan mengambang dalam karung yang hanyut di sungai dan dalam kondisi mayat terikat.

Ditinjau dari korban OPK yang merata di kota-kota besar tanah air, ini menunjukkan fakta bahwasanya OPK memang sengaja dilancarkan dengan skala nasional dan ternyata cukup berhasil menumpas angka kejahatan secara telak.

Pada tahun 1983 Petrus berhasil menamatkan riwayat 532 orang pelaku / terduga pelaku tindak kriminal. Dari jumlah tersebut sebanyak 367 orang tewas tertembak. Tahun 1984 angka pembunuhan korban Petrus menurun menjadi 107 orang dan hanya 15 orang yang tewas akibat tembakan, sisanya dengan sebab beragam. Angka ini terus menurun pada tahun 1985, pada tahun ini tercatat 74 korban OPK dan sebanyak 28 orang tewas akibat tembakan. Secara umum kondisi mayat ditemukan dalam keadaan leher dan tangan terikat, mayatnya dimasukin karung dan dibuang di tepi jalan, depan rumah, dibuang di sungai, kebun atau hutan begitu saja.

Dari ciri khas cara penculikan dan penjemputan korban oleh aparat, cara eksekusi, perlakuan terhadap mayat hingga proses pembuangan memang OPK dilancarkan untuk memberi shock therapy yang sangat efektif. Akibatnya pemberitaan media sangat gencar mengenai operasi Petrus yang sukses membereskan ratusan penjahat dan operasi itu tetaplah sebuah misteri tersendiri.

Benny Moerdani sebagai Panglima Kopkamtib memberikan pernyataan kepada pers bahwa penembakan gelap yang terjadi mungkin akibat dari perkelahian antar geng bandit. Wartawanpun tidak ada yang berani melanjutkan pertanyaan kepada jenderal yang kaya pengalaman tempur ini yang terkenal tegas dan galak. Hal senada juga disampaikan oleh kepala Bakin saat itu, Yoga Soegama "masyarakat tak perlu mempersoalkan para penjahat yang mati misterius". Wapres H. Adam Malik berpendapat berbeda, " Jangan mentang-mentang penjahat dekil langsung ditembak, bila perlu diadili hari ini langsung besoknya dieksekusi mati. Jadi syarat sebagai negara hukum sudah terpenuhi. Setiap usaha yang bertentangan dengan hukum akan membawa negara ini pada kehancuran." Demikian kecamnya.

Memang tindakan OPK akhirnya menimbulkan pro dan kontra tidak hanya di kalangan masyarakat namun juga di lingkungan pejabat negara. Pro dan kontra tersebut lebih pada sasaran OPK, bukan bagaimana OPK tersebut dilakukan. Karena menurut pendapat yang kontra, mereka keberatan bila sasaran OPK hanya penjahat kelas teri atau yang hanya memiliki tato tetapi bukan penjahat kakap.

Karena menurut pendapat yang kontra, mereka keberatan bila sasaran OPK hanya penjahat kelas teri atau yang hanya memiliki tato tetapi bukan penjahat kakap.

Pembunuhan selama era OPK sendiri telah menelan korban jiwa sebanyak 3.000 orang. Hal ini dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri Belanda, Hans van den Broek dalam kunjungannya ke Jakarta medio awal Januari 1984.

Beberapa tahun setelah peristiwa Petrus, Presiden Soeharto justru memberikan uraian tentang latar belakang permasalahan. Dalam bukunya Benny Moerdani hal 512 – 513 Pak Harto berkata:

"Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment therapy, tindakan yang tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya harus dengan kekerasan. Tetapi bukan lantas dengan tembakan dor-dor! Begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya mau tidak mau harus ditembak. Karena melawan, maka mereka ditembak. Lalu ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bertindak dan mengatasinya.

Tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas perikemanusiaan. Maka kemudian redalah kejahatan-kejahatan yang menjijikkan itu".

Demikianlah bila seorang jenderal besar berbintang lima sudah bertitah, macam-macam dengan keamanan dalam negeri…DOR!! Besok pagi nama dan jasadnya sudah terpampang di media cetak nasional.




Sumber. komplikasi.com | fashingnet.com

bodrex caem 10 Mar, 2012



SILAHKAN TINGGALIN KOMENTAR YANG BUKAN SPAM ^_^

NAMA ANDA - 22.43
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI

0 komentar:

Posting Komentar

Flag Counter